Kamis, 24 Maret 2022

# Cerita # curhat

Menjadikan Diri Ibu Yang Hepi


Sedih sekali saya membaca berita ada ibu yang tega melakukan perampasan nyawa terhadap anak-anaknya. Awalnya saya tidak mau baca, sedih Mak baca berita begituan. Tapi akhirnya saya baca juga karena terus bersliweran di notifkasi gawai saya. Rasanya campur aduk, antara geram, sedih, pengen nangis dan lain-lain. Karena ternyata ibu itu melakukan hal tersebut karena dia merasa gagal. Dia tidak bahagia, dari ketidakbahagiaannya itu dia merasa bahwa anak-anaknya juga merasakan hal yang sama. Pada akhirnya si Ibu merasa daripada anaknya tidak bahagia bagus bersama-sama mengakhiri hidup di dunia. Dan ini bukan kejadian pertama, sudah ada kejadian serupa di waktu dan tempat yang berbeda.


Dulu saya merasa hal tersebut adalah kesalahan ibu semata. Namun ternyata saya salah. Seorang ibu memiliki banyak sekali tanggung jawab terutama pekerjaan domestik. Mungkin yang belum pernah menjadi ibu akan merasa hal tersebut remeh, tapi ternyata pas menjalani sendiri kadang saya merasa stres hehehe. Padahal saya masih kerja, enggak melulu ngurusin dapur, sumur dan kasur. Terbayang dong bagaimana beratnya ibu yang sehari-hari di rumah saja, ya kalau pendapatan lancar. Kala pendapatan juga seret atau bahkan kepala keluarga tidak bisa mengayomi, pastilah si Ibu itu makin pusing tujuh keliling bahkan bisa sampai depresi dan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.


Kalau ibu sudah tidak hepi rembetannya bisa banyak. Yang tidak akur dengan pasangan, yang anak-anaknya menjadi pelampiasan dan lain-lain. Tapi enggak semua begitu juga ya, ada juga kok ibu-ibu yang masih survive meski support kepada mereka cukup minim. Meski batinnya tertekan anak-anak tetap hidup layak dan cukup bahagia. Tapi tentu saja butuh perjuangan yang luar biasa untuk itu.



Saya sendiri bukan ibu yang minim support. Saya punya suami yang siap sedia mengasuh para bocah, punya mertua dan saudara yang selalu membantu di kala saya sibuk. Tapi ternyata saya juga tidak bisa mengatakan bahwa saya tidak stres bahkan kadang merasa tertekan. Jujur saya banyak belajar dari ibu-ibu kuat yang minim dukungan tapi tetap bisa bahagia dan bersemangat. 


Dari situ kita perlu banyak belajar bahwa ternyata kesehatan mental ibu itu sangat penting. Sebuah penelitian dari studi Millenium Cohort melakukan survei dari 13 ribu pasang anak yang lahir di tahun 2000 hingga 2001 menunjukkan bahwa anak-anak dengan ibu bahagia ternyata memiliki kehidupan lebih baik dibandingkan anak-anak yang tumbuh dengan ibu yang tidak bahagia.


Sungguh suatu hal yang tidak bisa dianggap remeh. Karena kunci kebahagiaan anak-anak adalah kebahagiaan ibu. Maka dari itu ada sebuah tugas besar dari seorang ibu untuk membuat dirinya bahagia. Tidak mudah tapi mari kita coba lakukan. 


1. Terbuka Pada Pasangan



Dulu saya sering uring-uringan, menurut saya suami itu tidak peka. Saya sibuk mengurus rumah dan anak dia malah sibuk dengan teman-temannya. Atau kadang saya sedang marah tapi ternyata dia tidak peduli. Itu dulu sebelum saya tahu bagaimana watak laki-laki.

Laki-laki adalah makhluk yang egois dan logis. Dia tidak akan memperhatikan kita jika kita kelihatan kuat dan tidak membutuhkan apa-apa. Sekali-kali bilang takut di rumah sendiri saja sudah membuat mereka merasa dibutuhkan. Selain itu laki-laki tidak mengerti kode. Ketika saya marah sampai banting panci dia tidak bereaksi. Berbeda ketika kita bicara lugas apa yang kita perlukan darinya.


Misalnya saja kita kewalahan mengurus anak. Minta tolonglah suami untuk memandikan, atau misalnya sedang tidak enak badan dan tidak masak, minta tolonglah suami untuk membelikan makanan. Atau jujurlah kita sedang mengerjakan apa dan tidak bisa mengerjakan yang lain sehingga memerlukan bantuannya. Jangan ragu untuk terbuka kepada suami karena kepada mereka kita bersandar. Dan yang harus kita ingat sebuah keluarga adalah tim. 


Rasanya sungguh lega kalau sudah bisa menyampaikan uneg-uneg ke suami. Dan perlu juga lho bagi ibu melakukan ini, agar kita tidak menanggung beban sendiri. Dengan begini ibu jadi tidak stres sendiri dan bisa lebih bahagia.


2. Mencari Titik Untuk Bersyukur



Konon kunci kebahagiaan adalah bersyukur. Meski cukup simpel namun pada prakteknya hal ini sangat sulit. Seperti ketika pandemi melanda. Tentu saja banyak dari kita yang sedih karena menurunnya pendapatan yang kita terima. Sayapun demikian, tapi di balik itu ada satu hal yang patut disyukuri yaitu kebersamaan. Meluangkan waktu bersama-sama keluarga tanpa perlu ke kantor selama beberapa bulan merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Anggap saja bonus libur yang mungkin tidak kita dapatkan kecuali di masa pandemi.

Ketika menemukan titik untuk bersyukur ini ada sebuah kelegaan dalam hati. Ternyata semua yang kita alami masih ada hikmahnya. Dan dari kelegaan itulah saya merasakan kebahagian itu hadir.


3. Jangan Lupa Me Time



Banyak ibu-ibu yang melupakan satu hal ini setelah menikah, yaitu me time. Di awal saya menjadi ibu saya juga tidak terlalu memikirkan me time. Tapi lama-lama saya stres sendiri, hingga akhirnya saya mendapatkan sebuah alasan pentingnya me time. Dan kegiatan ini cukup membuat saya merasa senang.

Contohnya saja nonton film, skin care-an di rumah, membaca buku dan lain-lain. Walaupun tidak lama, setidaknya ada ruang bagi saya untuk aktualisasi diri. Lumayan bisa membuat hati senang dan kembali berenergi setelah penat beraktifitas.


4. Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau



Jangan bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Karena standar kebahagiaan kita berbeda dengan orang lain. Walaupun tetangga mungkin bisa membeli mobil baru, perhiasan baru, tas baru dan lain-lain saya tidak boleh terpengaruh. Karena kebahagiaan bagi saya adalah bisa bersama-sama dengan keluarga dan tidak ada konflik di dalamnya. Meskipun anak-anak kadang suka membuat keributan, namun itulah anak-anak hal itu tidak akan kita dapatkan lagi ketika mereka dewasa kelak.

Maka dari itu saya harus punya standar kebahagiaan sendiri. Punya target-target pencapaian sendiri yang saya tuangkan dalam dream board. Baru membuatnya saja saya sudah bisa tersenyum sendiri apalagi bisa mencapainya. Catatan pentingnya adalah mencapai dream board ini bersama-sama dengan keluarga. Ah bahagianya.


5. Membaca Kisah Motivasi



Roda kehidupan terus berputar. Ada masanya kita merasakan keberhasilan ada kalanya juga kita merasakan keterpurukan. Boleh saja kita bersedih, namun jangan dibiarkan berlarut-larut dalam diri agar tidak menjadi penyakit. Harus ada energi positif yang menggantikan energi negatif tersebut.


Ketika mengalami hal tersebut saya mencoba untuk membaca kisah-kisah motivasi dari orang lain, baca curhatan ibu-ibu hebat agar bisa merasakan semangatnya. Karena saya bukan tipe orang yang suka curhat kepada orang lain maka saya memilih solusi ini. Dengan membaca kisah keberhasilan orang lain saya merasa sedang ditransfer energi positif. Dari situ saya juga ikut termotivasi untuk bangkit.



Itulah hal-hal yang saya lakukan ketika ada hal-hal yang mengurangi kebahagiaan saya. Menjadi emak-emak tak lantas membuat kita kucel kan? Kita juga harus tetap semangat, cantik dan bahagia pastinya. Semoga semua ibu bisa menemukan kebahagiannya.


2 komentar:

  1. Laki-laki adalah makhluk yang egois dan logis. Wah, bisa protes suamimu dibilang egois, Wi.

    BalasHapus

Terima kasih sudah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar dengan link hidup akan dihapus ya....