Sabtu, 06 April 2024

# BPN Ramadan 2024 # Cerita

3 Momen Ramadan Tak Terlupakan




Ramadan itu selalu memberikan kesan yang berbeda karena memang bulan ini adalah bulan yang istimewa. Sudah banyak momen yang hadir dalam Ramadan yang telah saya lewati. Kali ini saya mau share tiga momen yang tak terlupakan yaitu momen memalukan, membahagiakan dan menyedihkan. Sebenarnya ada juga momen sial ataupun momen lucu tapi saya simpan dulu untuk postingan pada kesempatan lain.

1. Momen Memalukan

sumber: pixabay.com



Momen memalukan ini terjadi saat saya masih SD mungkin kelas empat atau kelas tiga. Berawal dari dua anak laki-laki kecil, anak tetangga yang sedang mudik. Perawakannya kecil, kulit sawo matang dan rambut kriwil. Berhubung anak-anak ini dari kota mereka nampak excited sekali ketika mungkin bisa berjalan bebas di jalan dan ber haha hihi dengan teman yang lain tanpa larangan orang tuanya.

Kebetulan saya memang suka anak-anak dan anak-anak biasanya nyaman dengan saya #uhuk maka terjadilah interaksi dengan kedua bocil ini. Mereka ini tiba-tiba jadi lengket sekali pada saya padahal ada tante dan neneknya. Saya coba menghindar karena mau pulang dan meraka maksa ikut. Akhirnya pakai jurus seribu bayangan alias kabur.

Saya pikir dengan lari, duo bocil tersebut akan berhenti merengek ikut dengan saya. Ternyata tidak mereka mengejar. Dan tiba-tiba. "Bugh". Saya terjatuh terserimpet oleh bawahan mukena. Sebenarnya nggak sakit tapi malunya itu lho dilihat banyak orang dan ditertawakan sama duo bocil kriwil.

Sampai sekarang kalau ingat momen itu lucu aja, dan mungkin saya sudah tidak mengenali si duo bocil ini yang saat ini pastinya sudah dewasa. Begitupun mereka mungkin sudah lupa pernah ngejar-ngejar saya hehe.

2. Momen Membahagiakan

sumber: pixabay.com



Tiap Ramadan itu selalu penuh momen membahagiakan. Dulu waktu keluarga kami belum ada yang merantau tak pernah ada rasa rindu yang mendalam. Kami hanya menjadi saksi orang-orang yang pulang mudik dengan aura yang lebih cerah, lebih cantik atau ganteng dan kelihatannya lebih sejahtera.

Sejak kakak pertama kuliah barulah kami merasakan adanya kerinduan kebersamaan seperti dulu meskipun dulu waktu bersama yang sering bertengkar haha. Sebelum mulai libur kuliah biasanya saya dan bapak pergi ke telkom setelah subuh untuk menelpon kakak ini. Zaman itu kampung saya belum ada saluran telepon dan belum ada gawai. Keuntungannya pergi ke telkom subuh tarifnya masih tarif diskon dan murah banget jika ngomong lama, tapi kalau siang ngomong sebentar saja habisnya sudah belasan ribu rupiah.

Hal yang dinantikan ketika ada anggota keluarga yang merantau adalah momen mudik mereka. Biasanya ibupun akan memasak makanan lezat dan istimewa karena pasti saat di kosan makannya boleh dibilang ya seadanya. Bahkan mungkin hanya makan mi kalau males ke warung.

Saya sendiri merasakan momen mudik sangat spesial ketika sudah berkerja. Pertama kali saya bekerja di Provinsi Kalimantan Timur Kota Samarinda. Sewaktu mau pulang dengan teman-teman sekosan kami berbelanja. Kami ke daerah yang namanya Citra Niaga, banyak souvenir di jual disana. Dulu saya beli sarung samarinda itu banyak-banyak untuk dibagikan ke sodara. Koper besar yang saya pakai untuk pindahan dari Jakarta ke Samarinda akhirnya berisi oleh-oleh saja. Sementara pakaian saya tidak bawa soalnya di rumah banyak baju yang bisa saya pakai hehe.


Ketika pesawat mulai terbang rasanya sudah tidak sabar bertemu orang-orang tercinta di kampung halaman. Dan ketika mendarat rasanya itu adalah puncak kebahagiaan. Sambil celingak celinguk mencari sosok bapak dan ibu yang datang menjemput. Kemudian memanjakan lidah dengan wisata kuliner di wilayah sekitar. Karena kata ibu kalau nggak ada yang pulang ibu nggak punya alasan untuk jalan-jalan atau wisata kuliner heheh ibu ini memang paling bisa. 

3. Momen Menyedihkan

sumber: pixabay.com



Momen menyedihkan di bulan Ramadan terjadi pada tahun 2016. Tepatnya 18 Juni 2016 atau 12 Ramadan 1437 H pagi saya mendapat kabar bahwa ibu telah berpulang. Rasanya shock sekali seperti dihantam sebuah batu besar karena kondisi ibu sebelumnya baik-baik saja. 


Ternyata ibu wafat saat sedang tidur, waktu bapak mencoba membangunkan ibu rupanya beliau sudah tidak ada. Ada rasa kehilangan yang mendalam karena waktunya sangat mendadak. Bahkan banyak yang tidak menyangka ibu akan pergi selamanya karena para tetangga masih melihat ibu beraktivitas sebelumnya. Alfatiha buat ibu.

Dan dibulan Ramadan ini teman anak saya juga kehilangan seorang ibu. Ya Allah rasanya sedih sekali, mengingat momen kehilangan ibu yang sampai saat ini kerinduan itu tak pernah terobati. Apalagi ini dia masih anak-anak dan sudah harus kehilangan seorang ibu di momen yang sudah mendekati hari raya idul fitri. Semoga anak tersebut selalu dilimpahi rahmat dan kebahagiaan Allah SWT. 

3 komentar:

Terima kasih sudah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar dengan link hidup akan dihapus ya....