Sebuah Permintaan
Siang itu aku duduk bersama ibu di ruang tengah. Ada sesuatu hal yang ingin aku ungkapkan meskipun ada rasa takut bahwa mungkin aku akan dimarahi. Tapi karena aku adalah anak yang agak nekat maka aku beranikan untuk mengatakannya siang itu.
"Bu boleh nggak aku dibikinin kamar sendiri, punya meja belajar sendiri, punya lemarin sendiri," saat itu aku siap dimarahi karena permintaanku yang berlebihan. Tapi di luar dugaan jawaban Ibu membuatku terenyuh.
"Ibu bukannya nggak mau bikinkan kamar, tapi kalian anak-anak ibu di rumah ini cuma sebentar saja. Nanti kalian akan belajar ke luar kota paling tidak setelah tamat SMP. Kalau ibu bikin kamar kalian satu-satu setelah kalian pergi rumah sepi dan lengang ibu nggak mau kesepian karena kamar kalian kosong."
Mungkin jika aku sudah dewasa saat itu aku akan meneteskan air mata mendengar kata-kata beliau. Tapi saat itu aku hanya anak kelas 3 SD yang masih belum mengerti kenapa kami akan meninggalkan rumah yang kami cintai ini? Tapi satu hal kusadari kini bahwa Ibu telah memiliki visi dan misi untuk kami anak-anaknya.
Baca Juga: 1. Pesan Ibu: Prolog
Visi Ibu
Kemudian setelah aku memiliki anak hal itu benar-benar terpatri dalam otakku, bahwa anak tidak selamanya akan selalu ada dalam dekapan kita. Ada saatnya dia pergi dan mandiri dengan dunianya. Aku menyadari itu dan itu sungguh berat.
Aku masih ingat momen perpisahanku dengan ibu saat aku masuk SMA. Saat itu aku harus indekos, karena kalau pulang balik akan rempong menggunakan 3 moda transportasi dan kemungkinan untuk telat akan lebih besar.
Ibu memang tidak memangis saat aku berpamitan, tapi aku melihat ibuku yang tegar matanya berkaca-kaca melihatku diantar bapak. Sesampainya di kosan yang dituju yang seblumnya sudah dicarikan bapak dan ibu teman-temanku yang ada disitu menangis. Mereka menangis karena harus berpisah dengan orang tua mereka dan karena orang tua mereka juga menangis.
Akhirnya setelah setahun ngekos kedua temanku itu akhirnya tidak ngekos lagi. Dan karena akhirnya ibu kos mau menutup kos-kosannya karena toko elektroniknya lebih maju akhirnya akupun pindah kosan.
Baca Juga: Simbah dan Tape
Melepas Anak Merantau
Benar yang dikatakan seorang ustadz bahwa agar anak betah jangan pernah terlihat menangis di hadapan mereka. Beberpa kali bapak dan ibu mengantarku merantau ya ke Jakarta maupun ke Kalimantan mereka tidak terlihat menangis di hadapanku. Bahkan beliau berdua selalu menikmati momen kebersamaan itu. Sehingga aku yang ditinggalkan juga senang. Kata Ibu kalau aku merantau jauh dan nggak diantar takut nggak betah hehe. Dan sebagai anak aku juga menunjukkan bahwa aku baik-baik saja, bisa menjaga diri dan bisa mengurus diriku sendiri. Sebagai orang tua kini aku tahu alasan bapak dan ibu mengantarku adalah untuk memastikan daerah yang kutinggali aman dan nyaman sehingga aku akan betah.
Sekarang giliranku untuk mengantar anakku merantau. Berat memang bagi seorang ibu untuk berpisah dengan anaknya. Ada yang memang tidak sanggup berpisah, sebenarnya akupun begitu. Tapi sekali lagi kukuatkan bahwa aku tidak bisa selamanya ada untuk anak-anak. Yah biar bagaimanapun setiap keluarga punya visi dan misi yang berbeda untuk anak-anaknya bukan?
Baca Juga: Pengalaman Ramadhan Tahun Lalu
Menguatkan Hati Untuk Berpisah
Visi yang paling utama adalah menjadikan anak beriman dan bertaqwa kepada Allah. Misinya ya memasukkan mereka ke sekolah Islam, memasukkan mereka ke asrama agar bisa mandiri karena kita sebagai orang tua tidak akan bisa mendampingi mereke seumur hidup, dan lain sebagainya.
Menguatkan hati untuk berpisah dengan buah hati memang tidak mudah. Tapi aku selalu ingat pesan ibu bahwa mereka suatu saat akan keluar dari rumah, membentuk dunianya sendiri itu adalah keniscayaan. Kita sebagai orang tua tentu menginginkan anak mandiri bukan anak yang selalu dibawah ketiak kita. Mereka harus terbang setinggi mungkin untuk menggapai cita-cita. Meskipun setiap hari ada kerinduan namun itulah hidup tidak bisa kita selamanya terus bersama.
Semoga apa yang kami usahakan ini dapat membuahkan hasil yang maksimal. Semoga mas bisa betah belajar disana dan optimal dalam menyarap ilmu serta bisa mengamalkannya setelah kembali nanti. Terima kasih ya Allah telah menguatkanku melalui pesan ibu.
Jadi ingat zaman sekolah dulu. Aku pun dari SMU dah jauh dari ortu . Bahkan pada akhirnya memang hrs jauh Krn merantau ke jakarta. Tp dulu aku malah menunggu banget waktu utk bisa pergi dari rumah .
BalasHapusDan samasekali ga menyesal, Krn memang aku LBH suka di jakarta ini drpd hrs tetap di Medan.
Nanti saat anak SMU, aku juga plan mengirim mereka ke sekolah asrama, biar disiplin dan mandiri. Jauh dari rumah bukan hal mengerikan. Malah terkadang bisa buat anak excited utk menunggu moment itu. Sama kayak anakku, Krn aku selalu cerita sekolah asrama seru, dia JD semangat walau skr msh SD 😄