Rabu, 30 Agustus 2023

# Cerita # drama

Pembelajaran Dari Film Noktah Merah Perkawinan



Mendengar Noktah Merah Perkawinan diremake menjadi film membuat saya penasaran. Meski saya tidak terlalu mengerti tentang alur sinetronnya karena masih kecil, tapi momen menonton televisi bersama Ibu adalah hal yang ingin saya kenang, apalagi saat ini beliau sudah tidak menemani saya di dunia ini lagi. Karena penasaran saya coba mencari sinopsis sinetronnya, beberapa hal saya ingat, tapi ternyata akhir dari sinetron tersebut tidak memuaskan. Namun akhir dari film ini boleh dibilang sangat memuaskan. Dan banyak pembelajaran yang dapat kita ambil meski saya merasa latar belakang Ambar merajuk itu masih kurang greget.

Sinopsis


Ambar merasa hubungannya dengan Gilang sedang tidak baik-baik saja, dia merasa suaminya suka mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan dirinya. Termasuk memenuhi permintaan keluarga dari pihak Ambar, yang jumlahnya tidak sedikit.

Temannya menyarankan agar Ambar dan Gilang pergi ke konselor pernikahan. Gilang yang merasa tak ada masalah dalam rumah tangganya ogah-ogahan memenuhi ajakan Ambar. Ambar merasa putus asa dan merasa bahwa hanya dia yang berusaha memperbaiki hubungan.

Di tengah ketegangan permasalahan rumah tangga keduanya, hadir sosok Yuli yang merupakan murid Ambar di sanggar dan membutuhkan jasa desain dari suami Ambar untuk tunangannya. Ternyata proyek tersebut membuat Yuli jatuh cinta kepada Gilang. Kemal, tunangan Yuli yang membaca hal itu akhirnya memutuskan untuk menyudahi hubungannya. Sementara itu Ambar yang memergoki Yuli semobil berdua dengan suaminya, mantap untuk mendaftarkan perceraian.

Informasi Film

Ayu Azhari sebagai konselor pernikahan


Judul        : Noktah Merah Perkawinan

Rilis         : 15 September 2022

Pemeran  : Marsha Timothy sebagai Ambarwati
                  Oka Antara sebagai Gilang Priambodo
                  Sheila Dara Aisha sebagai Yulinar
                  Jaden Ocean sebagai Bagas
                  Alleyra Fakhira sebagai Ayu
                  Ayu Azhari sebagai Kartika
                  Ratna Riantiarno sebagai Lastri Priambodo
                  Nungki Kusumastuti sebagai Marissa Sugondo

Sutradara : Sabrina Rochelle Kalangie

Produser : Gope T. Samtani

Ditulis oleh : Titien Wattimena
                      Sabrina Rochelle Kalangie

Pembelajaran Yang Dapat Diambil

cinta lokasi yang terlarang

Ada banyak pembelajaran yang dapat kita ambil dari film ini. Yang pertama adalah pentingnya komunikasi. Laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan kodrat dan fitrah yang berbeda. Namun meski berbeda mereka diciptakan untuk saling melengkapi. Memang laki-laki itu jarang ada yang suka cerita tentang permasalahan yang mereka hadapi. Entah karena merasa sok kuat atau karena memang merasa semua masalaha harus dia selesaikan sendiri.

Dalam film ini sosok Gilang digambarkan sebagai laki-laki yang kayaknya mau menyelesaikan masalah keluarga sendiri. Padahal ada sosok sang istri yang jadinya merasa tidak dianggap. Gilang juga cenderung menghindari konflik dengan Ambar, padahal maunya Ambar adalah mereka bisa saling komunikasi. 


Dan yah mungkin ini banyak terjadi di dunia nyata, istri merasa masalah ini penting sementara suami merasa ini masalah nggak penting. Nggak ada yang harus diselesaikan kira-kira begitu dan ini yang paling sering bikin ibu-ibu uring-uringan hehe.



Pembelajaran kedua adalah jangan mengambil keputusan sepihak. Dalam film Noktah Merah Perkawinan ini Ambar menuruti saran temannya untuk pergi ke konsultan pernikahan (diperankan Ayu Azhari). Temannya menyarankan ini karena dia berhasil melewati badai rumah tangga dengan bantuan konsultan. Sayang sekali Gilang menolak opsi ini, karena ya itu tadi Gilang merasa nggak ada masalah, dan Ambar yang mendramatisir keadaan.

Pembelajaran ketiga, tahan untuk cerita dengan orang lain permasalahan rumah tangga. Memang sih kadang kita perlu curhat untuk mengeluarkan uneg-uneg. Tapi untuk urusan yang satu ini sebaiknya tahan dulu, karena malah bisa jadi runyam kayak rumah tangga Ambar dan Gilang. Saya termasuk yang nggak suka curhat ke orang juga sih sebenarnya, kadang meluapkan amarah dengan media yang lain. Karena kasihan pasangan kita, kalau kita cerita ke orang image pasangan akan jelek di mata orang lain, padahal besoknya kita udah baikan. Jadi lebih menjaga marwah dan kehormatan pasangan sih.


Pembelajaran keempat jangan terlalu larut dalam masalah. Mungkin tiap orang beda ya memandang masalah, tapi karena suami nya kayak gitu kenapa nggak dibalas aja dengan sikap yang sama, sama-sama cuke hehe. Karena ternyata ketika istri terlalu larut dalam masalah dan suami yang terus menghindar bahkan tidur di kantor, anak yang jadi terbengkalai. Digambarkan Bagas yang lagi sakit kulit kelupaan dikasih obat jadi parah lagi deh sakitnya. Belum lagi anak lupa dijemput, duh complicated jadinya.

Pembelajaran kelima, ketika kita jatuh cinta pada orang yang salah segera hindari. Disini Yuli adalah orang ketiga yang hadir di dalam pernikahan Ambar dan Gilang. Tiba-tiba saja Yuli merasa nyaman dan akhirnya jatuh cinta pada suami orang. Untungnya tantenya adalah konselor pernikahan, jadi meski awalnya Yuli ini ngeselin karena mepet si Gilang terus namun akhirnya dia sadar dan menjauh. Dan memang harusnya gitu takutnya di saat ada konflik begitu nanti kita yang jadi pelampiasan, kalau sampai terjadi perselingkuhan bisa disalahkan manusia se-muka bumi. Selain itu takutnya malah kita jadi pemicu perpisahan pasangan yang harusnya masih bisa dipertahankan. 

Plus Minus Film Ini


Ada beberapa poin plus dari film ini yang saya suka:
  • Karakternya real, dalam artian karakter yang normal dalam kehidupan nyata. Ada Suami yang selalu menghindar, ada gadis yang suka sama suami orang, ada ibu merua yang judes, tapi nggak ada yang kriminal. Ya rata-rata sikap kita dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Kisahnya tidak digantung seperti sinetronnya. Di sinetronya Pri alian Gilang adalah suami plin plan anak Mami, kalau di film ini pemeran utama laki-laki lebih digambarkan sebagai orang yang tidak suka berkonflik tapi juga tidak menyelesaikan masalah.
  • Suka dengan akting para pemainnya yang sangat menjiwai peran. Marsya begitu kelihatan frustasi ketika suaminya terus menghindar, sementara Oka bisa sangat menyebalkan ketika menghadapi kemarahan istrinya, rasanya pengen ku tabok wkwkwk. Tapi setidaknya dalam film ini si Suami masih tulus mencintai istrinya, cuma mereka belum menemukan titik untuk akur.
  • Endingnya saya suka, bikin haru biru.

Sementara untuk poin minusnya bagi saya adalah:
  • Alur yang lambat sebenarnya cukup membuat bosan, karena permasalahan yang itu-itu saja tidak selesai-selesai. Namun karena penasaran dengan akhir apakah sama dengan sinetor atau tidak membuat saya nonton sampai habis.
  • Kadang ya kita suka bilang filmnya kok kejam sih, kok psiko sih, tapi ketika nonton film ini mungkin kita akan bertanya kok nggak ada yang jahat sih, nggak seru. Ya bagi saya konflik yang dihadirkan masih kurang seru.

Kesimpulan

Film model ini sebenarnya bukan film kesukaan saya, namun karena pernah nonton sinetronnya jadinya saya ingin membandingkan apakah sesadis di sinetron atau tidak. Dan ternyata tidak. Konflik rumah tangga Ambar dengan campur tangan keluarga sebenarnya tidak terlalu kentara dalam film ini hanya ditampilkan sekilas.

Meski demikian banyak pembelajaran kehidupan yang bisa kita ambil. Karena karakter-karekter yang ditampilkan juga cukup dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Jadi masih bisa lah dapat rating 4.





2 komentar:

  1. Setuju banget sama yang pembelajaran no. 4, paling males sama org yang berlarut2 dalam masalah, kenapa ga dibales aja ya kan? Jadi ngorbanin org lain yg ga bersalah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak gemes ya lihat orang kayak gitu hehe

      Hapus

Terima kasih sudah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar dengan link hidup akan dihapus ya....