“Wah tuniknya bagus ya …”
“Iya Bu ini
keluaran terbaru, Ibu mau coba?”
“Eh…e… anu
enggak Mbak, Cuma mau lihat-lihat aja,
makasih ya…”
Obrolan itu
sering Tania dengar manakala menemani Ibunya ke pasar. Awalnya Tania menyangka memang
Ibunya hanya ingin melihat-lihat saja. Namun melihat Ibu sering melakukan itu
Tania jadi berfikir bahwa Ibu memang benar-benar menginginkan tunik baru.
“Bu, Ibu memang
mau beli baju tunik ya?” tanya Tania ketika mereka sedang dalam perjalanan
pulang.
“Enggak kok Tan,
Ibu hanya suka melihat-lihat Tunik yang cantik-cantik itu, tapi kalau beli
enggak kepikiran Tan, tunik Ibu kan sudah banyak.”
Tania terdiam.
Kehidupan mereka memang berubah drastis semenjak Ayah pergi. Kehidupan yang
awalnya serba berkecukupan menjadi serba kekurangan. Ibu harus banyak berhemat
agar mereka tetap bisa makan dan anak-anak bisa tetap sekolah, salah satunya
adalah tidak membeli baju baru lagi.
Mama Tania yang
awalnya adalah ibu rumah tangga, semenjak suaminya meninggal terpaksa harus
bekerja untuk menghidupi kedua anaknya yang sudah beranjak remaja karena
pensiunan suaminya tidak mencukupi.
Tania adalah anak
pertama yang kini sudah duduk di bangku SMA kelas tiga, sedangkan adkinya
Renata kini sudah kelas 1 SMP. Tania sudah mengerti betapa ibunya kesusahan
semenjak ayah pergi, dan entah kenapa baju tunik begitu mengusiknya.
“Bu Tania ke
sekolah dulu ya … “
“Kok pagi-pagi
betul nak?” Ibu heran, biasanya Tania berangkat setengah tujuh kini baru jam
enam Tania sudah berpamitan.
“Iya Bu, mau
piket.”
Dan itu
berlangsung hampir selama dua bulan hingga akhirnya bulan suci ramadhan tiba . Tania tak lagi berangkat
pagi-pagi, dia malah berangkat jam tujuh karena sekolah masuk jam delapan. Dan
hari itu seminggu sebelum lebaran seperti biasa Tania mengantar Ibu ke pasar.
“Wah tunik yang
ini cantik … “
“Iya Bu, cocok
untuk lebaran, mau dicoba?”
“Iya Mbak,” Tania
langsung menjawab sebelum ibunya menolak.
“Apa-apaan sih
Tania …”
“Udah Ibu coba
aja, kalau pas ukurannya kita beli.”
Meskipun banyak
pertanyaan, Ibu menurut saja. Dia akan meminta penjelasan Tania di rumah nanti.
“Jadi darimana
kamu dapat uang Tania? Kamu nggak mencuri kan?” Ibu langsung menginterogasi
Tania begitu sampai rumah, kerana sepanjang mereka belanja di pasar Tania yang
membayar dan membeli macam-macam.
“Astaghfirullah
Bu, Tania tahu mana yang baik dan yang buruk. Sebenarnya dua bulan ini Tania
jualan roti Bu Ira di sekolah. Makanya Tania berangkat pagi-pagi untuk
mengambil roti dan menjualnya ke kelas-kelas. Lumayan bu sehari Tania bisa
menjual sekitar dua ratusan roti. Satu roti Tania mendapat komisi serratus
rupiah, dan alhamdulillah sebelum puasa kemarin terkumpul sekitar satu juta.
Lagian dari awal Tania memang ingin membelikan Tuni baru untuk Ibu.”
Ibu melelehkan
air mata dan memeluk Tania.
“Maafkan Ibu ya
Nak, Ibu membuatmu susah.”
“Enggak kok Bu,
Tania yang justru banyak menyusahkan Ibu.”
Mereka berdua
berpelukan dalam tangis. Lebaran sebentar lagi, dan Tania telah mewujudkan
mimpinya membelikan tunik baru untuk ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar dengan link hidup akan dihapus ya....