Saya sering berkonsultasi masalah pengasuhan kepada Kakak
saya ini, apalagi sebentar lagi anak sulung saya akan mulai masuk TK. Tapi anak
saya ini masih belum mau menulis, membaca maupun berhitung. Kata Kakak saya, ya
biarkan saja, belajar saja dulu apa yang dia mau.
Ya anak saya ini lebih suka
menggambar dan mewarnai. Tapi terkadang
saya dituntut untuk membantunya menggambar atau mewarnai.
“No! Jangan pernah bantu anak, biarkan dia menggambar atau
mewarnai sendiri.” Kata Kakak saya.
Kemudian Kakak saya bercerita tentang salah seorang kerabat
kami. Kerabat kami ini selalu membantu anak-anaknya mengerjakan PR. Membantu
disini maksudnya adalah mengerjakan. Beliau kurang sabar dalam membimbing
anak-anaknya hingga akhirnya dipilih jalan pintas, yaitu dikerjakannya sendiri.
ini dia keluarga kecil saya |
Apakah niatnya baik? Jelas niatnya pasti baik karena ingin
agar PR anaknya selesai. Apakah tujuannya baik? Ya tujuannya baik juga. Dengan
mengerjakan PR anaknya pasti anaknya tidak akan kena hukuman di sekolah. Tapi
apakah caranya tepat? Tidak. Jelas caranya salah karena hal tersebut bukan
membuat anakanya makin rajin tapi justru sebaliknya anakanya makin malas
belajar dan mengerjakan PR. Untuk apa mengerjakan PR toh ada ibunya yang siap
mengerjakan. Dan efek jangka panjangnya cukup fatal. Anak-anak dari kerabat
kami ini tidak ada yang bisa mandiri karena sedari kecil hingga besar sudah
biasa dibantu oleh ibunya. Jadi mereka menjadi bergantung terus pada ibunya.
“Lalu kalau anak-anak tidak mau mengerjakan PR bagaimana?”
Tanya saya lagi.
Jawaban Kakak saya sungguh di luar dugaan. Katanya kalau
anak-anak sudah diberi pengertian kemudian disuruh mengerjakan PR tetap tidak
mau, ya sudah jangan dikerjakan. Kalau mereka dihukum di sekolah itu adalah
bentuk konsekuensi dan tanggung jawab atas perbuatan yang mereka lakukan. Kalau
mereka sudah pernah merasakan hukuman tersebut pasti mereka tidak akan
mengulanginya lagi. Dan sebagai orang tua kita harus memberikan contoh dan
nasehat supaya anak tidak malas belajar dan mau mengerjakan PR nya sendiri.
“Kalau Farren pernah dihukum nggak?” Tanya saya kemudian.
“Enggak dong, dia termasuk good boy. “ Kata Kakak saya sambil tertawa bangga.
Kadang-kadang kita sebagai orang tua selalu ingin melindungi
anak-anak kita, termasuk supaya tidak dihukum di sekolah. Namun seringnya kita
lupa, apakah cara-cara yang kita gunakan sudah tepat atau malah menghancurkan
mental anak-anak kita.
Kadang kebaikan tidak selalu berakhir baik. Namun, kadang
kebaikan kita, yang mungkin dipandang sebagai kejahatan karena membiarkan anak
tidak mengerjakan PR bisa berakhir baik karena dari situ kita mangajarkan nilai
tanggung jawab dan komitmen.
jangankan PR mba, malah kadang ada orang tua yg membantu mencarikan jawaban di saat anak sedang ulangan di sekolah, dgn cara sang anak mengirim SMS pada ibunya. Tentu itu hal yg buruk.
BalasHapuswah sampai segitunya ya mbak.... kalau yang sampai ulangan ortu ikut membantu itu sudah sangat terlalu menurut saya, mau jadi apa anaknya nanti?
Hapusikhsan udah mau TK aja? udah gede ya..
BalasHapusgudlak buat GA nya.
iya Mil, gak terasa ya....
BalasHapusmakasih udah mampir
aduh... yang penting tuh maqosid alias caranya ... gk peduli hasilnya baik atau buruk ... :)
BalasHapusiya betul, tapi terkadang gak tahan juga sama komentar lingkungan sekitar
HapusAku dulu pernah kaya gitu, PR ku dikerjain ibu .. Tapi malah nggak puas karena tetep ada yang salah jawabannya. Hehee
BalasHapusAku dulu pernah kaya gitu, PR ku dikerjain ibu .. Tapi malah nggak puas karena tetep ada yang salah jawabannya. Hehee
BalasHapusYah begitulah orang tua mbak, mungkin kasihan lihat anaknya kebanyakan pe er hehehe
HapusMbak, cek pengumuman GA ku ya
BalasHapushttp://www.noormafitrianamzain.com/2016/06/pengumuman-giveaway-kebaikan-tak-selalu-baik-di-mata-orang-lain.html