
Hai Takita, senang sekali membaca surat darimu.
Kakak juga tersenyum-senyum sendiri membaca surat Takita yang lucu, di bagian
membaca cerita untuk boneka. Kakak jadi ingat dulu waktu kecil Kakak suka
melihat ibu menulis, akhirnya Kakak ikutan menulis juga tapi asal-asalan kalau
dilihat malah seperti sandi rumput hehehe.
Sekitar umur lima tahun sebelum Kakak masuk TK,
kakak laki-laki kakak mengajari Kakak membaca. Waktu itu terasa berat, banyak
sekali aturannya, pikir Kakak, tapi lama kelamaan setelah terbiasa Kakak malah
jadi kecanduan membaca. Apa saja bacaan yang ada di rumah Kakak baca. Mulai
dari koran, majalah anak-anak, sampai prasasti yang dibuat Ayah di lemari
kayunya hihihi seru ya...
Masuk ke Sekolah Dasar Orang Tua Kakak makin
mengetatkan peraturan. Kakak paling besar saat itu sudah masuk Sekolah Menengah
Pertama, kakak laki-laki sudah kelas lima Sekolah Dasar, sedangkan Kakak
sendiri masuk kelas satu Sekolah Dasar. Saat itu kami tidak diperkenankan menonton
televisi sebelum selesai belajar.
Belajar bukan hanya belajar pelajaran sekolah
saja lho Takita, tapi kami juga belajar mengaji. Kalau guru mengaji memang
sengaja diundang oleh orang tua kami, seminggu tiga kali, Malam Selasa, Kamis
dan Sabtu. Sedangkan belajar pelajaran sekolah biasanya Ayah atau Ibu yang menemani
kami. Kakak juga masih ingat waktu itu yang mengajari Kakak pembagian bilangan
adalah Ayah.
Awalnya kami merasa berat menjalankan peraturan
tersebut. Kalau Takita sering menonton TV acara TV yang menarik itu justru
disaat jam belajar kami itu. Sayang kami tidak bisa menonton karena diwajibkan
belajar. Biasanya kami akan melapor bahwa kami telah selesai belajar dan hendak
menonton TV. Nah biasanya Ayah dan Ibu akan memeriksa PR-PR kami, sudah selesai
atau belum, apakah sudah mengulang pelajaran hari ini atau belum dan bertanya apa
pelajaran esok. Jika semua pertanyaan telah kami jawab dengan baik maka Ayah dan Ibu memperbolehkan kami menonton TV, tapi acara menonton TV ini tidak lama lho Takita,
karena sudah waktunya kami tidur supaya esok hari tidak bangun kesiangan.
Lambat laun kamipun merasa peraturan dari orang
tua kami tidaklah seberat waktu di awal kami menjalaninya. Kenapa? Karena kami
mulai terbiasa Takita. Coba dulu rengekan kami dipenuhi oleh Ayah dan Ibu,
mungkin kebiasaan belajar tidak akan kami rasakan. Dan tahu nggak Takita,
setelah Kakak dewasa dan sudah tidak bersekolah lagi Kakak masih tetap belajar
setiap malam lho Takita.
![]() |
Kakak dan Orang Tua yang Kakak banggaka, saat wisuda. |
Selain masalah disiplin waktu orang tua kami juga
membatasi fasilitas yang beliau anggap tidak bermanfaat. Misalnya nih waktu
Kakak dan Kakak Laki-Laki Kakak meminta sebuah mainan. Mainan ini memang
sebenarnya tidak bermanfaat Takita, kalau dibeli hanya akan membuat kami malas
belajar, makanya orang tua kami tidak membelikannya.
Kemudian juga tentang TV, dulu Kakak kira Ayah
dan Ibu tidak punya uang untuk membeli TV baru yang berwarna makanya TV Hitam
Putih kami yang sudah agak rusak masih tetap dipakai. Rupanya Kakak salah
Takita, Ayah dan Ibu tidak membeli TV baru karena hal itu dianggap akan
mengganggu belajar kami di rumah. Ini baru Kakak sadari setelah Kakak dewasa Takita.
Kini Kakak telah memiliki seorang putra yang
berusia 1 tahun. Walaupun usianya baru 1 tahun si Kecil Kakak latih untuk punya
waktu belajar khusus sejak usia 6 bulan. Anak setahun itu kan sebenarnya
belajarnya adalah bermain kan Takita? Nah kalau si Kecil ini Kakak sisihkan
waktu khusus untuk melihat (karena si Kecil belum bisa membaca) dan dibacakan
cerita anak-anak.
Rupanya si Kecil menjadi terbiasa Takita,
sekarang setiap malam si Kecil minta didongengkan atau membaca buku ceritanya. Kadang
si Kecil juga meniru gerakan yang ada di dalam buku. Lucu Takita Kakak sampai
tertawa. Harapan Kakak kini kelak si Kecil meneruskan kebiasaan ini, tak hanya
melihat atau dibacakan buku tapi juga belajar membaca buku dan berhitung, tapi
itu tunggu nanti ya Takita jika saatnya sudah tepat.
![]() |
Ini si Kecil tumpuan harapan Kakak |
Tak terasa ya Kakak sudah bercerita panjang
lebar. Jadi di keluarga Kakak belajar itu harus dijadikan kebiasaan. Dan
kebiasaan itu dibentuk melalui kedisiplinan. Dan kini inilah inspirasi Kakak
untuk mendidik si Kecil yang Kakak sayangi.
Semoga Takita dan teman Takita di seluruh
Indonesia tidak bosan ya membaca surat Kakak ini.
Salam Sayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar